Selasa, 19 Agustus 2008

berwisata kuliner di Margonda Synchronicity's street

Suatu malam pada akhir Maret, sepasang muda-mudi tampak bersantap di warung mi aceh di kaki lima Jalan Margonda Raya, antara apartemen Margonda Residence dan Rumah Sakit Bunda. Keduanya tampak menikmati santapan panas yang dihidangkan bersama sepiring kecil emping goreng dan acar ketimun.

Mi aceh beda dengan yang lain. Lebih spicy,” kata Cita (21), si pemudi yang mahasiswi Komunikasi Universitas Indonesia (UI). Ia juga mengaku kerap makan bersama teman-teman satu kosnya di warung kaki lima itu.

Mi aceh, yang sering digosipkan dimasak memakai daun ganja sebagai penyedap, hanya salah satu hidangan Nusantara yang dijajakan di sepanjang Jalan Margonda Raya. Di jalan sepanjang sekitar tiga kilometer yang membelah Kota Depok dari utara ke selatan itu berdiri puluhan warung kaki lima, kedai, maupun restoran yang menawarkan hidangan khas dari Sabang sampai Merauke. Ini belum termasuk kafe dan restoran ala Jepang dan Amerika serta puluhan warung tenda lain yang menjajakan hidangan kaki lima standar nasional, macam pecel lele dan sea food.

Sejak memasuki jalan utama Kota Depok itu dari utara, dari arah jalan layang akses UI, beberapa restoran dan kedai makan sudah langsung terlihat. Di sebelah kiri antara lain ada restoran padang dengan wajah berarsitektur rumah gadang. Ini cuma salah satu restoran padang yang meramaikan Jalan Margonda Raya dari ujung ke ujung.

Terus berjalan ke selatan, kian banyak kedai hidangan Nusantara dan varian-variannya. Di sekitar mulut Gang Sawo, jalan pintas menuju Stasiun Kereta Api Depok-UI, misalnya, ada kedai bakso malang dan sebuah kedai pempek palembang.

Setelah itu, ada restoran Kubang, restoran martabak padang yang hak ciptanya konon sudah resmi didaftarkan di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Seperti di sejumlah restoran minang lain, di sana juga bisa disantap soto padang dan sate padang yang sedap.

Di lokasi sama, kurang lebih di seberang Apartemen Margonda Residence, bisa ditemui restoran sunda yang menyiapkan menu macam karedok dan pepes ikan mas. Terpaut beberapa tempat usaha lain, ada pula warung bubur ayam garut yang khas.

Di pertengahan Jalan Margonda Raya, di sekitar pusat perbelanjaan Depok Town Square (Detos) dan Margo City, ada sejumlah kedai dan restoran daerah lain. Misalnya, kedai soto ayam Ambengan yang khas Surabaya dan kedai soto kudus yang bertetangga dengan sebuah restoran gudeg yogya.

>kern 401m<>h 9737m,0<>w 9737m<>kern 251m<>h 9738m,0<>w 9738m<

Beberapa kedai bahkan menawarkan menu daerah yang belum banyak dikenal. Salah satunya restoran Sroto Banyumas yang juga berlokasi tak jauh dari Detos. Sroto banyumas adalah sejenis soto daging atau ayam bening dengan taburan kecambah dan irisan daun bawang. Sroto banyumas yang juga dihidangkan dengan taburan keripik singkong dan sambal kacang ternyata lumayan mak nyuss.

Tujuan wisata kuliner

Sejak tahun 1980-an, Jalan Margonda Raya berkembang menjadi pusat wisata belanja dan kuliner. Kecuali sejumlah pusat perbelanjaan besar yang tak kalah dari yang ada di Jakarta, di sepanjang jalan raya itu juga bertumbuhan berbagai restoran yang berlomba memenuhi segala macam selera.

Pertumbuhan ini dipicu oleh kepindahan Kampus UI dan beberapa perguruan tinggi lain dari Jakarta ke Depok dan sekitarnya sejak awal dekade itu. Mahasiswa UI saja kini jumlahnya 38.000 orang. Mereka menghuni asrama mahasiswa, apartemen, dan ratusan rumah kos yang sebagian besar tersebar di jalan-jalan kecil di kedua sisi Jalan Margonda Raya. Bersama kaum komuter, kaum pekerja Jakarta yang bermukim di Depok, mereka jelas pasar potensial bagi beragam produk barang dan jasa, termasuk jasa boga.

Mahasiswa UI bukan saja anak-anak Jakarta. Sebagian merupakan putra daerah dari Sabang sampai Merauke. Demikian pula para dosen dan karyawannya. Kebhinnekaan warga UI inilah yang mungkin ikut memengaruhi terciptanya keragaman tempat bersantap di sepanjang Jalan Margonda Raya.

Sayang, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terkesan lamban mendorong lebih jauh kawasan itu menjadi pusat wisata belanja dan kuliner yang membanggakan. Jalan Margonda Raya seperti cuma dipersembahkan bagi pengendara kendaraan bermotor karena sangat minimnya fasilitas bagi warga dan pelancong pejalan kaki.

Pada musim kemarau, trotoar Jalan Margonda Raya, yang sebagian besar dikuasai kaum pedagang kaki lima (PKL), panas dan penuh debu, sementara pada musim hujan di mana-mana jadi becek karena banyak bagian cuma berupa jalan tanah yang telanjang.

Bahkan, kaki lima di depan Balaikota Depok merupakan sarana berjalan kaki yang sangat berbahaya. Beberapa lubang yang menganga di trotoar di depan kantor wali kota yang berlokasi di ujung selatan Jalan Margonda Raya itu setiap saat bisa menjebloskan pejalan kaki ke dalam selokan yang persis ada di bawahnya.

Seyogianya, Pemkot Depok segera menertibkan PKL, sekaligus mencarikan mereka solusi untuk tetap bisa berusaha. Setelah itu, dibangun fasilitas pedestrian yang lebar, aman, dan nyaman karena banyaknya tanaman penghijauan.

Kalau hal ini dilakukan, bukan mustahil kawasan Margonda bisa tumbuh menjadi pusat wisata belanja dan kuliner andalan perekonomian Depok, seperti Orchard Road di Singapura. Kedai-kedai, kafe, dan restorannya tak lagi cuma dikunjungi para mahasiswa yang duitnya pas-pasan, tetapi juga oleh kaum pelancong Jakarta dan mancanegara yang berkocek tebal.

Senin, 18 Agustus 2008

The Synchronicity's data




Kebijakan pembangunan sektor perumahan dan permukiman di kota Depok mengacu pada visi dan misi kota Depok, antara lain menjadikan Depok sebagai kota permukiman yang nyaman.? Kondisi pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Depok mencapai 10.968 ha (54,76 %) dari keseluruhan luas wilayah di Depok 20.029 ha, hal ini mengakibatkan meningkatkan tuntutan kebutuhan fasilitas dan utilitas perumahan dan permukiman, dimana kondisi lingkungan dan perumahan yang ada belum tertata dengan baik. Hanya 40 % yang sudah tertata dengan baik sedangkan 60 % belum tertata dengan baik. Kawasan permukiman terbesar terdapat di Sawangan.

Penduduk
Jumlah Penduduk di Kota Depok pada Tahun 2001 berdasarkan data dari BPS adalah 1.204.687 jiwa, sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,06 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 5.818 jiwa / km2. Jumlah penduduknya berkisar antara 115.575 jiwa (Kecamatan Beji) dan 331.778 jiwa (Kecamatan Cimanggis), sedangkan kepadatan penduduknya berkisar antara 2.918 jiwa/km2 (Kecamatan Sawangan) sampai dengan 8.777 jiwa/km2 (Kecamatan Sukmajaya).

Perkembangan jumlah penduduk Kota Depok berlangsung cepat, pada tahun 2000 Kota Administratif Depok penduduknya berjumlah 1.145.091 jiwa dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 1.204.687 jiwa setelah ditata menjadi 6 (enam) Kecamatan dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,70 %/tahun.

Sesuai dengan karakteristik perkotaannya yang masih mencirikan kombinasi perkotaan, wilayah Kota Depok belum seluruhnya terbangun. Kawasan yang masih kosong berupa kebun campuran/tegalan dan pesawahan masih cukup luas, yaitu sekitar 51 % dari luas wilayahnya, sedangkan kawasan perumahan dan kampung luasnya sekitar 5.900 ha atau 29 %, dan kawasan yang digunakan untuk kegiatan industri, jasa dan perusahaan meliputi areal seluas 1.100 ha (± 6 %).

Ditinjau dari penyebaran lokasi kegiatannya, kegiatan industri sebagian besar berkembang di Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya (wilayah kota bagian timur), Yaitu sepanjang Jalan Raya Bogor, sedangkan kawasan pertanian masih banyak terdapat di Kecamatan Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas bagian selatan dan sedikit di Kecamatan Limo (wilayah kota bagian barat), dan untuk kegiatan perkantoran, jasa, perdagangan dan kegiatan pendidikan berkembang di wilayah kota bagian tengah, terutama di sepanjang Jalan Margonda, dan kawasan perumahan banyak berkembang di wilayah kota bagian utara yang berdekatan dengan Jakarta, yaitu Kecamatan Limo, Beji, Sukmajaya, dan Pancoran Mas bagian utara

Untuk sarana dan prasarana dasar perkotaan, direncanakan untuk terus dikembangkan sistem transportasi (jaringan jalan dan angkutan intra kota yang efisien dan terintegrasi dengan inter kota. Selain itu kapasitas produksi dan distribusi air bersih perpipaan perlu ditingkatkan, selain itu juga masalah permukiman karena sesuai dengan arahan kegiatan fungsional Kota Depok.




Pendapatan



pendapatan masyarakat depok di tahun 2006 adalah 4 juta perkepalakeluarga




Sarana dan Prasarana



TRANSPORTASI

Transportasi di Kota Depok masih bersifat regional dan komuter (Jakarta dan Bogor) baik melalui jalan raya maupun jalan baja/rel. Pusat tarikan perjalanan yang cukup besar adalah menuju DKI Jakarta dengan bangkitan perjalanan terbesar berasal dari kawasan permukiman.Sarana transportasi angkutan jalan dengan sarana transportasi umumnya adalah :
1. Dalam kota : 12 rute angkutan Kota Depok
2. Ke Jakarta : 11 trayek bus besar dan 8 trayek bus sedang
3. Antar kota : 5 trayek bus

AIR BERSIH

Sebagian besar penduduk Depok memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih, dimana kuantitas air tanah relative mencukupi kebutuhan sepanjang tanah sebagai air bersih, dimana kuantitas air tanah relative mencukupi kebutuhan sepanjang tahun, kecuali beberapa kawasan di kecamatan Cimanggis. Kualitas air tanah di daerah permukiman padat diperkirakan rawan pencemaran limbah domestik.
Pelayanan air bersih di daerah Depok masih dilayani oleh PDAM Kabupaten Bogor dengan tingkat pelayanan sekitar 20 % dari total penduduk Kota Depok. Wilayah pelayanan masih terbatas di beberapa wilayah di kecamatan Beji, Sukmajaya, Pancoran Mas dan sedikit di Sawangan dan Cimanggis dengan jumlah pelanggan sebanyak 34.617 unit.

PEMBUANGAN SAMPAH

Kebutuhan akan fasilitas tempat pembuangan sampah meningkat sejalan dengan adanya peningkatan perkembangan penduduk, kemudian juga adanya perkembangan aktivitas kota yang memerlukan lahan untuk pembangunan infrastruktur, ditambah lagi dengan adanya perkembangan industri.
Depok mempunyai fasilitas tempat pembuangan sampah seluas 2,87 ha dan akan diperluas sebesar 2,5 ha. Namun kondisinya, di masa yang akan dating akan sulit menemukan lokasi tempat pembuangan sampah selain itu juga akan sangat mahal. Kondisi ini akan memperparah terjadinya pencemaran lingkungan bukan saja pencemaran udara atau bau namun juga pencemaran tanah atau air tanah.

SARANA

Jalan : 361.486 km
Listrik : 584.204.042 kwh
Telephone : 79.500 ssl
PAM : 15 % dengan total sambungan 38.000
sambungan rumah
Terminal : 1 buah

PRASARANA

Komersial bisnis
o Swalayan : 11 buah
o Pasar : 6 buah
o Toko : 2.102 buah
o Kios/los : 1.775 buah
o K5 : 1.959 buah

Pendidikan
o SD : 327 buah
o SLTP : 127 buah
o SLTA : 94 buah
o Perguruan tinggi : 17 buah

Peribadatan
o Mesjid : 530 buah
o Langgar : 16 buah
o Mushola : 1.026 buah
o Gereja : 104 buah
o Vihara / pura : 3 buah

Kesehatan
o Rumah sakit : 7 buah
o Puskesmas : 25 buah
o Posyandu : 824 buah
o Apotik : 82 buah




Lain - Lain



Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta-Depok-Bogor-Tanggerang-Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk menjadikan sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan sebagai daerah pusat Pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan fauna.

Topografi

Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6o19’00” - 6o28’00” Lintang Selatan dan 106o43’00”- 106o55’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah 20,029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

  • Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan Kabupaten Tangerang
  • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kab. Bogor
  • Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor
  • Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan Kec. Pondok Gede Bekasi

Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %.

Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng :

  • Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur
  • Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke

Kemiringan lereng antara 8-15 % potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 15 % potensial untuk dijadikan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu.

Iklim

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim, secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara Oktober-Maret.

  • Temperatur : 24,3-33 derajat Celsius
  • Kelembaban rata-rata : 82 %
  • Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th
  • Kecepatan angin rata-rata : 3,3 knot
  • Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 %
  • Jumlah curah hujan : 2684 m/th
  • Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun

Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang kontinu di sepanjang tahun. Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi di dukung oleh iklim tropis yang baik yaitu alokasi tata guna lahan yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman

Curah Hujan

Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok relatif sama, dengan rata-rata curah hujan sebesar 327 mm/tahun. Kondisi curah hujan seperti diatas, mendukung kegiatan di bidang pertanian terutama pertanian lahan basah di areal irigasi teknis. Sedangkan untuk daerah tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebih sesuai untuk tanaman palawija kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai pertanian tadah hujan.Selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga penting untuk pemberian gambaran penentuan lahan, terutama lokasi, pola cocok tanam, dan jenis tanaman yang sesuai.

The Synchronicity Exist History

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) Wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada Tahun 1976 Perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun Pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan jasa, yang semakin pesat, sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada Tahun 1981 pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 yang peresmiannya di selenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 17 (tujuh belas) desa.

Selama Kurun waktu 17 Tahun Kota Administratif Depok berkembang dengan pesat baik di bidang pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan, Khususnya bidang pemerintah semua desa berubah menjadi kelurahan dan adanya pemekaran kelurahan, sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok ditingkatkan menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama-sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tersebut dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Kota administratif Depok, terdiri dari 3 (tiga) kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor Yaitu :

  1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa yaitu Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Jatijajar, Desa Tapos, Desa Cimpaeun, Desa Luwinanggung.
  2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa yaitu Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojongsari, Desa Bojongsari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
  3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa yaitu Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangklan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
  4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede yaitu Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintah yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk Kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa Kota pariwisata dan sebagai Kota resapan air.

The Synchronicity Emergency Call

Nomor Penting Kota Depok
Nama Alamat No Telepon
Polres Metro Depok
752-0014
Polsek Cimanggis
874-1483
Polsek Sukmajaya
7782-8934
Polsek Beji
752-0532
Polsek Pancoran Mas
752-0529
Polsek Limo
754-4891
Polsek Sawangan
749-6879
Polsek Bojong Gede
0251-551 110
PMI
875-0772
Dinas kebersihan
776-4213
Terminal Bis
776-1912






SPBU 24 Jam
SPBU 34-15409 Jl Raya Parung 5 7471-0310
SPBU 34-16503 Jl Cinere Raya 754-5335
SPBU 34-16504 Jl Raya Pangkalan Jati 751-2050
SPBU 34-16909 Jl Raya Bogor Km 34 874-1317






Rumah Sakit
RS Permata Ibu Jl Raya Kukusan 168 7778899
RS Graha Afiah Depok II 77826267
RS Bhakti Yudha Jl Raya Sawangan Depok 752-0082, 777-7983
RS Harapan Depok Jl Pemuda 10 777-3817, 752-0009
RS Ibu & Anak Hermina Jl Siliwangi 50 7720-2525
RS Puri Cinere Jl Maribaya-Cinere, Limo 754-5488
RS Tugu Ibu Jl Raya Bogor Km 29 Cimanggis 871-1693
RS Umum Daerah Cibinong Jl Jend Ahmad Yani 551-2948, 552-3507






Rumah Sakit Bersalin
RSB Sumber Bahagia Jl Bahagia Raya 16 770-3429, 770-7137
RSB Tunas Jaya Cibinong 875-2396
Rumah Bersalin Anugrah Abadi Jl H Saman 38 870-1304
Rumah Bersalin Depok Jaya Jl Rambutan 8/19-20 752-0552, 775-9148
Rumah Bersalin Prima Husada Jl Cinere Ry Blok F I/1 754-6263
Rumah Bersalin Syifaul Husna Kp Bedahan, Pabuaran 8, Cibinong 8790-7595






Apotik 24 Jam
Apotik Hadefarma Jl Arief Rahman Hakim 4 777-5411, 777-5134
Apotik Gamila RSC Veteran Raya 5B 734-1313
Kimia Farma PT Persero Jl Kejayaan Raya Blok X/6 770-4075
Apotik Trinitas Komplek Griya Depok Asri 770-7545
Apotik Vidi Jl Proklamasi Blok A5 770-2208






Klinik 24 Jam
Abadi Jaya Jl Keadilan 4 770-2414
Citra Medika Sawangan Jl Bojong Sari Raya 34 740-9559
Mitra Medika Jl RRI 17 771-8088
Poliklinik Ibu Mas Jl Raya Jakarta-Bogor Km 34/2 874-6361
Prima Husada Jl Cinere Raya Blok F I/1 754-6263
Tumbuh Kembang Komp Bukit Cengkeh Blok B 1/2 871-2626
Yayasan Balai Pengobatan Annie Nento Gobel Komp Lembah Hijau Blok C 6/1 A 871-2223

Walikota Depok






Walikota Depok


  • Drs. Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)

  • Drs. H. M. I. Tamdjid (1984-1988)

  • Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991)

  • Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996)

  • Drs. H. Badrul Kamal (1997-2005)

  • Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, Msc. (2005-2010) (dilantik tanggal 26 Januari 2006)



Jumlah penduduk & luas wilayah

Luas Wilayah : 20.504,54 Ha (200,29 km).

Jumlah Penduduk 1.571.125 (pada tahun 2008)


Terdiri dari 6 Kecamatan, 63 Kelurahan:

1. Kecamatan Pancoran Mas

2. Kecamatan Beji

3. Kecamatan Sukmajaya

4. Kecamatan Cimanggis

5. Kecamatan Sawangan

6. Kecamatan Limo


Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Depok

Kecamatan Pancoran Mas dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Depok, dengan jumlah penduduk 247.426 jiwa dan luas wilayah 1.969,57 hektare dan terdiri dari 11 kelurahan:

  1. Kelurahan Bojong Pondok Terong

  2. Kelurahan Cipayung

  3. Kelurahan Cipayung Jaya

  4. Kelurahan Depok

  5. Kelurahan Depok Jaya

  6. Kelurahan Mampang

  7. Kelurahan Pancoran Mas

  8. Kelurahan Pondok Jaya

  9. Kelurahan Rangkapan Jaya

  10. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

  11. Kelurahan Ratujaya

Kecamatan Beji dengan Pusat Pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Beji dengan jumlah penduduk sebanyak 127.581 jiwa dan luas wilayah 1.631,00 hektare terdiri dari 6 kelurahan:

  1. Beji

  2. Beji Timur

  3. Kemiri Muka

  4. Pondok Cina

  5. Kukusan

  6. Tanah Baru


Kecamatan Sukmajaya dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Mekar Jaya dengan jumlah penduduk sebanyak 293.386 jiwa dan luas wilayah 3.267,77 hektare terdiri dari 11 kelurahan:


  1. Kalimulya

  2. Jatimulya

  3. Kalibaru

  4. Cilodong

  5. Sukamaju

  6. Sukmajaya

  7. Tirtajaya

  8. Mekar Jaya

  9. Abadijaya

  10. Bakti Jaya

  11. Cisalak


Kecamatan Cimanggis dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Kelurahan Cisalak pasar kecamatan Cimanggis dengan jumlah penduduk 357.204 jiwa dan luas wilayah 5.111,59 hektare terdiri dari 13 kelurahan:


  1. Cilangkap

  2. Cimpaeun

  3. Tapos

  4. Leuwinanggung

  5. Jatijajar

  6. Sukamaju Baru

  7. Curug

  8. Sukatani

  9. Harjamukti

  10. Cisalak Pasar

  11. Mekarsari

  12. Tugu

  13. Pasir Gunung Selatan



Kecamatan Sawangan dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Kelurahan Sawangan dengan jumlah penduduk 154.621 jiwa dan luas wilayah 8.437,50 hektare. Terdiri dari 14 kelurahan:


  1. Duren Mekar

  2. Duren Seribu

  3. Pengasinan

  4. Bedahan

  5. Pasir Putih

  6. Sawangan Baru

  7. Sawangan Lama

  8. Bojongsari Lama

  9. Bojongsari Baru

  10. Curug

  11. Pondok Petir

  12. Serua

  13. Kedaung

  14. Cinangka


Kecamatan Limo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Limo Kecamatan Limo dengan jumlah penduduk 133.277 jiwa dan luas wilayah 2.771,40 hektare terdiri dari 8 kelurahan:



  1. Pangkalan Jati Baru

  2. Pangkalan Jati Lama

  3. Gandul

  4. Krukut

  5. Grogol

  6. Limo

  7. Meruyung

  8. Cinere


The Synchronicity in Olden Time

Depok Tempo Dulu

Depok Zaman Prasejarah

Penemuan benda bersejarah di wilayah Depok dan sekitarnya menunjukkan bahwa Depok telah berpenghuni sejak zaman prasejarah. Pene­muan tersebut itu berupa Menhir "Gagang Golok", Punden berundak "Sumur Bandung", Kapak Persegi dan Pahat Batu, yang merupakan peninggalan zaman megalit. Juga penemuan Paji Batu dan sejenis Beliung Batu yang merupakan peninggalan zaman Neolit.

Depok Zaman Padjajaran

Pada abad ke-14 Kerajaan Padjajaran diperintah seorang raja yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan, yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi. Di sepanjang Sungai Ciliwung terdapat beberapa kerajaan kecil di bawah kekuasaan kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres. Sampai Karadenan terbentang benteng yang sangat kuat sehingga mampu bertahan terhadap serangan pasukan Jayakarta yang dibantu Demak, Cirebon dan Banten.

Depok berjarak sekitar 13 km sebelah utara Muara Beres. Jadi wajar apabila Depok dijadikan front terdepan tentara Jayakarta saat berperang melawan Padjajaran. Hal itu dibuktikan dengan:

  • Masih terdapatnya nama-nama kampung atau desa yang menggunakan bahasa Sunda antara lain Parung Serang, Parung Belimbing, Parung Malela, Parung Bingung, Cisalak, Karang Anyar dan lain-lain.
  • Dr. NJ. Krom pernah menemukan cincin emas kuno pening­galan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.
  • Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
  • Di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. Senjata ini mereka terima turun-temurun.

Depok Zaman Islam

Pengaruh Islam masuk ke Depok diperkirakan pada 1527, dan masuknya agama Islam di Depok bersamaan dengan perlawanan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut Verenigde Oost-lndische Compagnie (VOC) yang pada waktu itu berkedudukan di Batavia. Hubungan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut VOC harus melalui jalan darat. Jalan pintas terdekat yaitu melalui Depok. Karena itu tidaklah meng­herankan kalau di Sawangan dan banyak peninggalan-peninggalan tentara Banten berupa :

  • Kramat Beji yang terletak antara Perumnas Depok I dan Depok Utara. Di sekitar tempat itu terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil yang terdapat banyak sekali senjata kuno seperti keris, tombak dan golok peninggalan tentara Banter saat melawan VOC. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah itu bukanlah petani melainkan tentara pada jamannya. Informasi dari Kuncen turun temurun, bahwa tempat itu sering diadakan pertemuan antara tentara kerajaan Banten dan Cirebon. Di tempat itu biasanya diadakan latihar bela diri dan pendidikan agama yang sering disebut pade­pokan. Kemungkinan nama Depok juga bersumber dari Pa­depokan Beji.
  • Di Pandak (Karadenan) terdapat masjid kuno yang merupakan masjid pertama di Bogor. Lokasi masjid ini dengan Bojong Gede hanya terhalang Sungai Ciliwung. Masjid ini dibangun Raden Safe'i cucu Pangeran Sangiang bergelar Prabu Sura­wisesa, yang pernah menjadi raja mandala di Muara Beres. Di rumah-rumah penduduk sekitar masjid ini masih terdapat senjata-senjata kuno dan beberapa buah kujang peninggalan zaman Padjajaran. Jadi masjid dibangun tentara padjajaran yang masuk Islam kurang lebih tahun 1550.
  • Di Bojong Gede terdapat makam Ratu Anti atau Ratu Mae­munah, seorang prajurit Banten yang berjuang melawan padja­jaran di kedungjiwa. Setelah perang selesai suaminya (raden pakpak) menyebarkan agama Islam di Priangan, sedangkan ratu anti sendiri menetap di bojonggede sambil menyebarkan agama Islam sampai meninggal.

Depok Zaman Kolonial

"...Maka hoetan jang laen jang disabelah timoer soengei Karoekoet sampai pada soengei besar, anakkoe Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan toeroen-temoeroennja tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe... dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja,..."

Penggalan kalimat dengan ejaan van Ophuijsen itu adalah hasil terjemahan Bahasa Belanda kuno dari surat wasiat tertanggal 14 Maret 1714 yang ditulis tangan Cornelis Chastelein, seorang Belanda, tuan tanah eks pegawai (pejabat) Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Tiga bulan kemudian Chastelein meninggal dunia, persisnya 28 Juni 1714. Cornelis Chastelein itulah yang disebut cikal bakal berdirinya Kota Depok sekarang. Di bawah wewenang Kerajaan Belanda ketika itu (1696), ia diizinkan membeli tanah yang luasnya mencakup Depok sekarang, ditambah sedikit wilayah Jakarta Selatan plus Ratujaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor sekarang.

Meneer Belanda itu menguasai tanah kira-kira luasnya 1.244 hek­tare, setara dengan wilayah enam kecamatan zaman sekarang. Yang menarik dari surat wasiatnya, ia melukiskan Depok waktu itu yang dihiasi sungai, hutan, bambu rimbun, dan sengaja ditanam, tidak boleh di­ganggu.

Sungai Krukut yang disebut-sebut dalam surat wasiat itu boleh jadi berhubungan dengan wilayah Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok sekarang, persisnya di selatan Cinere. Jika ada penggilingan tebu, niscaya ada tanaman tebu. Pastilah tanaman tebu itu terhampar luas dengan pengairan cukup. Bisa dibayangkan betapa elok Depok waktu itu.

Depok dan Bogor menjadi wilayah kekuasaan VOC sejak 17 April 1684, yaitu sejak ditandatanganinya perjanjian antara sultan haji dari Banten dengan VOC. Pasal tiga dari perjanjian tersebut adalah Cisadane sampai ke hulu menjadi batas wilayah kesultanan Banten dengan wilayah kekuasaan VOC.

Saat pemerintahan Daendels, banyak tanah di Pulau Jawa dijual kepada swasta, sehingga muncullah tuan tanah-tuan tanah baru. Di daerah Depok terdapat tuan tanah Pondok Cina, Tuan Tanah Mampang, Tuan Tanah Cinere, Tuan Tanah Citayam dan Tuan Tanah Bojong Gede.

Pada masa kejayaan VOC sejak akhir abad ke-17 hingga per­tengahan abad ke-18 hampir semua orang Belanda di Batavia dan sekitarnya yang kaya raya memiliki sejumlah besar pekerja. Tumbuh kembangnya jumlah pekerja antara lain disebabkan kemenangan­kemenangan yang diraih VOC atau Belanda dalam menguasai suatu daerah, yang kemudian diangkut ke Pulau Jawa.

Pada era tersebut, hidup seorang tuan tanah dermawan yang juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama Kristen di Batavia dan sekitarnya. Beliau adalah Cornelis Chastelein yang menjadi anggota Read Ordinair atau pejabat pengadilan VOC. Ayahnya Antonie Chastelein, adalah seorang Perancis yang menyeberang ke Belanda dan bekerja di VOC. Ibunya Maria Cruidenar, putri Wali Kota Dordtrecht. Sinyo Perancis-Belanda ini menikah dengan noni holland Catharina Van Vaalberg. Pasangan ini memiliki seorang putra, Anthony Chastelein, dan kawin dengan Anna De Haan.

Saat menjabat pegawai VOC, kariernya cepat melejit. Namun, saat terjadi perubahan kebijakan karena pergantian Gubernur Jenderal VOC dari J. Camphuys ke tangan Willem Van Outhorn, ia hengkang dari VOC. Sebagai agamawan fanatik, Cornelis tidak senang melihat praktek kecurangan VOC. Borok-borok moral serta korupsi di segala bidang lapisan pihak Kompeni Belanda selaku penguasa sangat berten­tangan dengan hati nurani penginjil ini. Maka ia tetap bersikukuh keluar dari VOC, beberapa saat sebelum Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuys mengalihkan jabatannya kepada Willem Van Outhorn.

Pada 18 Mei 1696, ia membeli tiga bidang tanah di hutan sebelah selatan Batavia yang hanya bisa dicapai melalui Sungai Ciliwung dan jalan setapak. Ketiga bidang tanah itu terletak di 6ilangan Mampang, Karanganyar, dan Depok. Tahun itu juga, ia mulai menekuni bidang per­tanian di bilangan Seringsing (Serengseng).

Untuk menggarap lahan pertaniannya yang luas itu, ia menda­tangkan pekerja dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Ter­nate, Kei, Jawa, Batavia, Pulau Rate, dan Filipina. Semuanya berjumlah sekitar 120 orang. Atas permintaan ayahnya dulu, ia pun menyebarkan agama Kristen kepada para budaknya. Perlahan muncul di sini sebuah padepokan Kristiani yang disebut De Eerste Protestante Organisatie van Kristenen, disingkat Depok. Semboyan mereka Deze Einheid Predikt Ons Kristus yang juga disingkat Depok.

Menjelang ajalnya, 13 Maret 1714, Cornelis Chastelein menulis wasiat berisi antara lain, mewariskan tanahnya kepada seluruh pe­kerjanya yang telah mengabdi kepadanya sekaligus menghapus status pekerja menjadi orang merdeka. Setiap keluarga bekas pekerjanya memperoleh 16 ringgit. Hartanya berupa 300 kerbau pembajak sawah, dua perangkat gamelan berlapis emas, 60 tombak perak, juga dihi­bahkannya kepada bekas pekerjanya. Pada 28 juni 1714 Cornelis Chas­telein meninggal dunia, meninggalkan bekas budaknya yang telah melebur dalam 12 marga yaitu Jonathans, Leander, Bacas, Loen, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholens, Isakh, Soediro, dan Zadhoks. Marga itu kini hanya tinggal 11 buah karena marga Zadoks telah punah.

Anthony, putra Cornelis Chastelein, meninggal pada 1715, satu tahun setelah ayahnya meninggal. Istri Anthony kemudian menikah dengan Mr. Joan Francois De Witte Van Schooten, anggota dari Agtb. Raad van Justitie des casteels Batavia.

Di Depok saat ini masih terdapat Lembaga Cornelis Chastelein (LCC) yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Lembaga itu dibentuk 4 Agustus 1952 dihadapan Notaris Soerojo dengan perwakilan diantaranya J.M Jonathans dan F.H Soedira.

Sementara itu, keturunan pekerja yang dimerdekakan Cornelis Chastelein itu biasa disebut Belanda Depok. Namun RM Jonathans, salah satu tokoh YLCC menyebut julukan itu tidak kondusif, seolah olah memberi pembenaran bahwa komunitas tadi merupakan repre­sentasi masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, yang ketika itu menjajah Indonesia.

Sejak saat ini Depok terus bertumbuh dan berkembang menjadi kawasan hunian yang ramai. Pada 1871 pemerintah Hindia Belanda memutuskan menjadikan Depok wilayah otonom sendiri. Sejak itu, Depok yang kala itu telah memiliki daerah teritorial sekitar 1.249 hektare, diperintah seorang residen sebagai Badan Pemerintahan Depok tertinggi.

Depok Zaman Jepang

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, HEIHO dan Pembela Tanah Air (PETA) dibubarkan. Putra-putri HEIHO dan PETA kembali ke kam­pungnya. Mereka diperbolehkan membawa perlengkapan kecuali sen­jata. Diproklamirkannya Indonesia pada 17 Agustus 1945, para pemuda Depok khususnya bekas HEIHO clan PETA terpanggil hatinya untuk berjuang. Pada September 1945 diadakan rapat yang pertama kali di sebuah rumah di Jaian Citayam (sekarang Jalan Kartini). Hadir saat itu seorang bekas PETA (Tole lskandar), tujuh orang bekas HEIHO dan 13 pemuda Depok lainnya.

Pada rapat tersebut diputuskan dibentuk barisan keamanan Depok yang seluruhnya berjumlah 21 orang dengan komandannya Tole Iskandar. Ke-21 orang inilah sebagai cikal bakal perjuangan di Depok.

Terbentuknya Kota Administratif Depok

Waktu terus bergulir seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tahun 1976, permukiman warga mulai dibangun dan berkembang terus hingga akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif (Kotif) Depok. Pembentukan Kotif Depok itu diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, yang saat itu dijabat oleh H Amir Mahmud.

Bersamaan dengan perubahan status tersebut, berlaku pula Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 43 tahun 1981, tentang pembentukan Kotif Depok yang meliputi tiga Kecamatan. Yakni, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Ketiga Kecamatan itu memiliki luas wilayah 6.794 hektare dan terdiri atas 23 Kelurahan.

Lantaran tingginya tingkat kepadatan penduduk yang secara ad­ministratif telah mencapai 49 orang per hektare dan secara fungsional mencapai 107 orang per hektare, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 6,75 persen per tahun, dan pemikiran regional, nasional, dan Internasional akhirnya konsep pengembangan Kotif Depok mulai dirancang menuju kerangka Kota Depok

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan beragam upaya perwujudan organisasi yang memiliki otonom sendiri, yaitu Kota Madya Depok atau Kota Depok.

Terbentuknya Kota Depok

Pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang kian mendesak, tuntutan Depok menjadi kotamadya menjadi semakin mak­simum. Di sisi lain Pemda Kabupaten Bogor bersama pemda Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tersebut, dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bogor, 16 Mei 1994, Nomor 135/SK, DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat, 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep, Dewan.06IDPRD/1997 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Depok maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kota Madya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada 20 April 1999.

Kota Depok itu sendiri diresmikan 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan Pejabat Wali Kota Madya Kepala Daerah Tk. I I Depok, Drs. H. Badrul Kamal, yang pada waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Administratif Depok.

Momentum peresmian kotamadya ini dapat dijadikan landasan bersejarah dan tepat dijadikan hari jadi kota Depok. Wilayah Kota Depok diperluas ke Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian Kecamatan Bojong Gede yang terdiri dari Desa Bojong Pondok Terong, Ratujaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya. Hingga kini wilayah Depok terdiri dari enam kecamatan terbagi menjadi 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT serta 218.095 Rumah Tangga.

Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi.

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Ke­camatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

The Synchronicity's Vision and Mission

VISI KOTA DEPOK

Menuju Kota Depok yang Melayani Dan Mensejahterakan


MISI KOTA DEPOK

  1. Mewujudkan Pelayanan yang Ramah, Cepat dan Transparan.
  2. Membangun dan Mengelola Sarana dan Prasarana Infrastruktur yang Cukup, Baik dan Merata
  3. Mengembangkan Perekonomian Masyarakat, Dunia Usaha, dan Keuangan Daerah
  4. Meningkatkan Kualitas Keluarga, Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat yang Berlandaskan Nilai-nilai Agama

The Synchronicity Short History



SEJARAH SINGKAT KOTA DEPOK
Kota Depok dahulu merupakan sebuah dusun terpencil ditengah hutan belantara, yang kemudian pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tingi VOC Cornelis Cahstelein membeli tanah yang meliputi daerah Depok dan sedikit wilayah Jakarta Selatan serta Ratujaya Bojong Gede. Selanjutnya tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk Pemerintahan dan Presiden sendiri.

Keputusan tersebut berlaku sampai 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden se bagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekeuasaannya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha namun hapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya. Bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung yang meliputi 21 Desa, pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun dan berkembang terus yang akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota Administratif Depok yang peresmiannya diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud).

Selama kurun waktu 17 tahun kota Administrasi Depok mengalamai penggantian kepemimpinan mulai dari walikota pertama Drs. Rukasah Suradimadja (Alm) (1982-1984), Walikota kedua Drs. H. M.I.Tamdjid (1984-1988), Walikota ketiga Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991), keempat Drs. H. Moch. Masduki (1991-1992), kelima Drs. H. Sofyan Saf ari Hamim (1992-1996) kemudian kepemimpinan Kotip Depok dijabat oleh Walikota Depok keenam Drs. H. Badrul Kamal (1997-1999) yang pada tanggal 27 April 1999 dilantik menjadi Pejabat Walikotamadya kepala Daerah Tingkat II Depok (bersama dengan Peresmian Kota Depok).



- Luas Wilayah : 20.504,54 Ha (200,29 Km).

- Jumlah Penduduk 1.006.537 (pada tahun 1998)

Terdiri dari 6 Kecamatan, 39 Desa dan 24 Kelurahan.

1. Kecamatan Pancoran Mas : 6 Kelurahan dan 5 Desa

2. Kecamatan Beji 6 Kelurahan

3. Kecamatan Sukmajaya : 11 Kelurahan dan 12 desa

4. Kecamatan Cimanggis : 1 Kelurahan dan 12 Desa

5. Kecamatan Sawangan : 14 Desa

6. Kecamatan Limo : 8 Desa

Gambaran Umum Kotamadya Daerah Tingkat II Depok

1.. Kecamatan Beji dengan Pusat Pemerintahan berkedudukan dikelurahan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan jumlah pendududk sebanyak 80.377 jiwa dan luas wilayah 1614 Ha.
2.. Kecamatan Sukmajaya, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Mekar Jaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan jumlah pendududk sebanyak 216.396 Jiwa dan luas wilayah 3.398 Ha.
3.. Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan jumlah penduduk 156.118 jiwa dan luas wilayah 2.671 Ha.
4.. Kecamatan Limo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Des Limo Kecamatan Limo, terdiri dari 8 desa dengan jumlah penduduk 66.891 jiwa dan luas wilayah 2.595,3 Ha.
5.. Kecamatan Cimanggis dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di desa Cisalak pasar kecamatan Cimanggis. Terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan jumlah penduduk 221.330 jiwa dan luas wilayah 5.077,3 Ha.
6.. Kecamatan Sawangan dengan pusat pemerintahan yang berkedududkan di desa Sawangan. Terdiri dari 14 desa dengan jumlah penduduk 87.758 jiwa dan luas wilayah 4.673,8 Ha.

LETAK GEGOGRAFIS :

Kota Depok terletak disebelah Barat/Utara wilayah Kabupaten Dati II Bogor dan berbatasan langsung dengan Wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Tanggerang dan Kabupaten Bekasi. Secara Administratif Kota Depok mempunyai batas-batas sebagai berikut :

1.. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tanggerang.
2.. Sebelah Selatan berebatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Cibinong Kabupaten Bogor.
3.. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor.
4.. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten bogor dan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi


EKONOMI :

Perhitungan laju perekonomian Kota Depok belum dilakukan secara khusus dan masih mengacu pada PDRB Kabupaten Bogor, karena pada waktu penyusunannya, kota Depok masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Bogor. Namun demikian secara umum llaju pertumbuhan ekonomi pada periode 1993-1996 cenderung meningkat pertahunnya 9,93 %, 8,63% dan 11,68%. Tetapi pada periode Januari - September 1998 pada saat terjadi krisis moneter, LPE kota Depok / Kabupaten Bogor mengalami penurunan -14% dan situasi ini menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi daerah yang mengakibatkan penyempitan lapangan kerja dan menurunnya pendapatan serta daya beli masyarakat.

PERTOKOAN / PASAR :

Adanya pertokoan yg bergerak dalam berbagai bidang yaitu : Sandang/pangan/ alat-alat rumah tangga, bangunan, alat tulis kantor, elektronik dan lain-lain sebanyak 2847 buah dan 15 pasar harian, 17 pasar swalayan, 4 shoping center dan 1 pasar mingguan.

BANK :

Terdapat 10 Bank Pemerintah, 36 Bank Swasta dan 17 Bank Perkeriditan Rakyat.

FASILITAS HOTEL DAN RUMAH MAKAN :

Sebagai kota pemukiman, pendidikan, jasa dan perdagangan, Kota Depok telah memiliki 4 hotel, 4 penginapan, 5 wisma, 12 fasilitas sejenis lainnya, 46 restoran, 1400 rumah makan.

FASILITAS REKREASI DAN HIBURAN :

Fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki oleh Kota Depok adalah : 2 taman rekreasi, 5 kolam renang, 17 Bioskop, 17 tempat Bilyard dan 14 hiburan lainnya.




PENGGUNAAN LAHAN : Kondisi wilayah Kota Depok Merupakan tanah darat dan tanah sawah. Sebagian besar tanah darat merupakan areal pemukiman sesuai dengan fungsi kota Depok yang dikembangkan sebagai pusat pemukiman, pendidkan, perdaganagn dan jasa.

Secara rinci penggunaan lahan adalah sebagai berikut :

a.. Pemukiman:10.968Ha
b.. Pertanian: 4.653Ha
c.. Industri: 344Ha
d.. Rawa / Setu: 91Ha
e.. Lain-lain: 3.973Ha
PRASARANA JALAN : Prasarana jalan sebagai penunjang kegiatan ekonomi masyarakat meliputi :

a.. Jalan Negara: 21,3Km
b.. Jalan Propinsi:254Km
c.. Jalan Kabupaten: 10,8Km
d.. Jalan Kecamatan / Desa: 120,2Km
e.. Jalan lain-lain: 129Km
FASILITAS ENERGI : Kebutuhan Listrik bagi Kota Depok dilayani oleh PLN, Jumlah pelanggan saat ini berjumlah 85.000 (99,27%) sambungan denga kekuatn 281.856 KVA.

FASILITAS AIR BERSIH : Pelayanan air bersih dilaksanakan oleh PDAM sampai saat ini penduduk yang telah terlayani sebanyak 197.484 jiwa (54,26%). Sumber air bersih berasal dari sungai Ciliwung dan sumur bor dengan debit 323 liter/detik.